Nama: Suprianty JH Sinaga
NPM: E1I013036
#Ilmukelautan #Universitasbengkulu
Quis Ke-4
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KOTA BENGKULU
MELALUI PERANCANGAN MODEL SPASIAL DAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Analisis Spasial
Analisis spasial ini adalah
membuat model prosedur analisis keruang-
an dengan
memanfaatkan fasilitas SIG. Dalam penentuan
kriteria dan parameter/variabel tersebut mengacu pada model-model sebelumnya telah
dibuat oleh Purwadhi (2000), Widodo,
dkk (1996), Bakosurtanal
(1996), Kriteria, yang digunakan dalam
analisis alokasi ruang ini
adalah kriteria umum dan parameternya masih
bersifat
sementara. Analisis spasial
mengguna- kan formula matematis sebagai berikut:
Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis lahan dimaksudkan
untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk
pengunaan lahan tertentu. Dalam menentukan tingkat ke- sesuaian
lahan ditentukan dengan metode pengharkatan dengan mengambil beberapa
parameter serta pembobotan dalam menentukan
tingkat kesesuaiannya.
Kesesuaian lahan untuk perikan-
an tambak
yang berhasil dirancang melalui model matematis
berikut:
PT
= S(E) + LR(< 3) + R(< 2000)
+ P(< 4000) +
PL(r,
b) + MP(n) + J(< 2000) + RTR W(B)
Keterangan:
PT =
Wilayah potensial untuk perikanan tambak
S =
Jenis tanah Entisol (E)
LR = Kelerengan datar : (0 - 3%)
R
=
Jarak dari sungai (0 - 2000 meter)
P
=
Jarak dari pantai (0 - 4000 meter)
PL = Jenis penggunaan lahan : rawa
(r) atau belukar (b)
MP = Mata Pencaharian Penduduk nelayan (n)
i =
Jarak dari jalan (0 – 2000 meter)
RTRW =
Rencana peng gunaan lahan untuk budidaya (B)
Kesesuaian lahan pariwisata pesisir yang berhasil dirancang melalui
model matematis berikut:
PP =
P(p) + J(c) + B(< 5) + V (k, pp) + PL(It)
+ MP(n, d) + J(<
500) + S(at, h) + RTRW (P)
Keterangan :
PP =
Wilayah potensial untuk pariwisata pesisir
P =
Jenis pantai : berpasir
(p)
i =
Kecerahan perairan : cerah
B
=
Kedalaman perairan (0 - 5
meter)
V
=
Vegetasi : kelapa (k), pines pantai (pp)
PL = Peng
gunaan lahan : Lahan
Terbuka (It)
MP = Mata Pencaharian Penduduk
: nelayan
(n), pedagang (d)
i
=
Jarak
dari jalan
(0 – 500 meter)
S =
Sarana : Air tawar (at), Hotel
(h)
RTRW =
Rencana peng gunaan lahan untuk : pariwisata (P)
Kesesuaian lahan
kawasan konservasi
yang berhasil dirancang melalui model matematis berikut:
PK
= S(E) + V(p, m) + PL(h) + RTRW (K)
Keterangan :
PK
= Wilayah
potensial untuk
kawasan Konservasi
S =
Jenis tanah : (E) Entisol
V = Vegetasi : pinus (p), mangrove
(m)
PL = Penggunanan Lahan : hutan
(h)
RTRW =
Rencana peng gunaan lahan untuk : (K) konservasi
Analisis kesesuaian
lahan pesisir
Kota Bengkulu untuk berbagai peruntukan,
budidaya perikanan tambak, pariwisata bahari
(renang dan rekreasi pantai) dan konservasi
wilayah pesisir dilakukan dengan
teknik yang sama. Pertama,
penetapan persyaratan (parameter
dan kriteria), pembobotan dan scoring. Untuk
masing-masing peruntukkan, penetapan
persyaratan tidak sama. Parameter yang menentu- kan diberikan
bobot terbesar sedangkan
kriteria, (batas-batas) yang sesuai diberi-
kan skor tertinggi.
Parameter, bobot
dan skor sistem penilaian
masing- masing kesesuaian lahan
disajikan dalam bentuk matriks kesesuaian
lahan (lampiran 1). Kedua perhitungan nilai peruntukkan lain.
Penghitungan kesesuaian dilakukan dengan mengali- kan bobot dengan
skor, untuk sesuai (skor 3), sesuai bersyarat (skor 2) dan tidak sesuai (skor
1). Ketiga, pembagi- an kelas lahan.
Berdasarkan perkalian bobot dan skor
tersebut pembagian kelas lahan dan
nilainya dalam pe- nelitian ini dibagi dalam
tiga kelas yaitu Kelas S1:
Sesuai; Kelas S2
: Sesuai Bersyarat dan Kelas N: Tidak Sesuai.
Kesesuaian
Lahan Pariwisata Bahari
Alokasi spasial untuk kesesuaian
lahan pariwisata dilakukan melalui analisa
beberapa faktor yang me- mengaruhi kesesimian
lahan, faktor-
faktor yang dapat dianalisa adalah
1) Keterlindungan
perairan, faktor ini memperhatikan keberadaan terumbu karang sebagai
pelindung dan pemecah ombak
di perairan
wilayah pesisir, daerah teluk dan perairan
yang terlindung pulau yang besar
ombak dan arusnya relatif rendah dan tenang.
2)
Wilayah konservasi
atau Jalur hijau
pantai, faktor ini
memperhatikan keberadaan hutan mangrove dan sumberdaya
alam pesisir
lainnya yang perlu dilestarikan. 3) Masalah pencemaran, 4) Aksesbilitas faktor ini memperhatikan sarana/prasarana, jaringan
jalan dan bentuk pantai. Berdasarkan faktor-faktor yang harus
dianalisis tersebut variabel yang dijadikan dasar
dalam merancang model spasial untuk
pengembangan usaha pariwisata bahari (renang
dan rekreasi pantai) di Kota Bengkulu.
PENGERTIAN DAYA DUKUNG,
Menurut Soerjani et al. (1987), pengertian daya dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi saat jumlah populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada. Menurut Khana dalam KLH (2010) daya dukung lingkungan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil atau produk di suatu daerah dari sumber daya alam yang terbatas dengan mempertahankan jumlah dan kualitas sumberdayanya.
Sesuai dengan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa daya dukung lingkungan tidak hanya diukur dari kemampuan lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan manusia, tetapi juga dari kemampuan menerima beban pencemaran dan bangunan.
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Pengertian (Konsep) dan Ruang Lingkup Daya Dukung Lingkungan Menurut UU No. 23/ 1997, daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Menurut Soemarwoto (2001), daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Menurut Khanna (1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Sedangkan menurut Lenzen (2003), kebutuhan hidup manusia dari lingkungan dapat dinyatakan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia. Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini disebut jejak ekologi (ecological footprint). Lenzen juga menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan produktif ini kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan tersedia dan lahan yang dibutuhkan. Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.
Definisi Daya Dukung Lingkungan/Carrying Capacity yang lain adalah sebagai berikut:
a. Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang yang dapat didukung oleh suatu lingkungan
b. Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut
c. Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam periode jangka panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut
d. Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut
e. Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu kelompok manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan diatas angka yang diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya. Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam sebuah lingkungan tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat tinggal, dan kondisi sosial dari masing-masing lingkungan tempat tinggal tersebut.
Dengan demikian, daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi dua komponen yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
SUMBER
http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-daya-dukung-lingkungan.html
Fauzi, Y., Susilo. B., dan Mayasari. Z.M., 2008, Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu
Menggunakan SIG. Makalah seminar nasional Semirata Bidang MIPA tahun 2008,
Unsyiah. Banda Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar