Sabtu, 26 Desember 2015

Perencanaan Wilayah Pesisir Terpadu


Nama: Suprianty JH Sinaga
NPM: E1I013036
#Ilmukelautan #Universitasbengkulu
Quis Ke-4

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KOTA BENGKULU
MELALUI PERANCANGAN MODEL SPASIAL DAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Analisis Spasial
Analisis spasial ini adalah membuat model prosedur analisis keruang- an dengan memanfaatkan fasilitas SIG. Dalam penentuan kriteria dan parameter/variabel tersebut mengacu pada model-model sebelumnya telah dibuat oleh Purwadhi (2000), Widodo, dkk (1996), Bakosurtanal (1996), Kriteria, yang digunakan dalam analisis alokasi ruang ini adalah kriteria umum dan parameternymasih  bersifat sementara. Analisis spasial mengguna- kan formula matematis sebagai berikut:
Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis lahan dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk pengunaan lahan tertentu. Dalam menentukan tingkat ke- sesuaian lahan ditentukan dengan metode pengharkatan dengan mengambil beberapa parameter serta pembobotan dalam menentukan tingkat kesesuaiannya.
Kesesuaian lahan untuk perikan- an tambak yang berhasil dirancang melalui model matematis berikut:
PT  S(E) + LR(< 3) + R(< 2000)
+ P(< 4000) + PL(r, b) + MP(n) + J(< 2000) + RTR W(B)
Keterangan:
PT   Wilaya potensia untuk perikanan tambak
S     Jenis tanah Entisol (E)
LR  Kelerengan datar : (0 - 3%)
R     Jarak dari sungai (0 - 2000 meter)
P     Jarak dari pantai (0 - 4000 meter)
PL  Jenis penggunaan lahan : rawa
(r) atau belukar (b)
MP  Mata Pencaharian Penduduk nelayan (n)
i      Jarak dari jalan (0 2000 meter)
RTRW   Rencan peng gunaan lahan untuk budidaya (B)

Kesesuaian lahan pariwisata pesisir yang berhasil dirancang melalui model matematis berikut:

PP   P(p) + J(c) + B(< 5) + V (k, pp) + PL(It) + MP(n, d) + J(<
500) + S(at, h) + RTRW (P)
Keterangan :

PP   Wilaya potensia untuk pariwisata pesisir
P     Jenis pantai : berpasir (p)
i      Kecerahan perairan : cerah

B     Kedalaman perairan (0 - 5 meter)
  Vegetasi : kelapa (k), pines pantai (pp)
PL  Peng gunaan lahan : Lahan
Terbuka (It)
MP  Mata Pencaharian Penduduk
: nelayan (n), pedagang (d)

i      Jarak  dari  jalan  (0   500 meter)
S     Sarana : Air tawar (at), Hotel
(h)
RTRW   Rencana    peng gunaan lahan untuk : pariwisata (P)

Kesesuaian lahan kawasan konservasi yang berhasil dirancang melalui model matematis berikut:
PK  S(E) + V(p, m) + PL(h) + RTRW (K)

Keterangan :
PK  Wilaya potensia untuk kawasan Konservasi
S     Jenis tanah : (E) Entisol

  Vegetasi : pinus (p), mangrove
(m)
PL  Penggunanan Lahan : hutan
(h)
RTRW   Rencan peng gunaan lahan untuk : (K) konservasi


Analisis kesesuaian lahan pesisir
Kota Bengkulu untuk berbagai peruntukan, budidaya perikanan tambak, pariwisata bahari (renang dan rekreasi pantai) dan konservasi wilayah pesisir dilakukan dengan teknik yang sama. Pertama, penetapan persyaratan (parameter dan kriteria), pembobotan dan scoring. Untuk masing-masing peruntukkan, penetapan persyaratan tidak sama. Parameter yang menentu- kan diberikan bobot terbesar sedangkan kriteria, (batas-batas) yang sesuai diberi- kan skor tertinggi. Parameter, bobot dan skor sistem penilaian masing- masing kesesuaian lahan disajikan dalam bentuk matriks kesesuaian lahan (lampiran 1). Kedua perhitungan nilai peruntukkan lain. Penghitungan kesesuaian dilakukan dengan mengali- kan bobot dengan skor, untuk sesuai (skor 3), sesuai bersyarat (skor 2) dan tidak sesuai (skor 1). Ketiga, pembagi- an kelas lahan. Berdasarkan perkalian bobot dan skor tersebut pembagian kelas lahan dan nilainya dalam pe- nelitian ini dibagi dalam tiga kelas yaitu Kelas S1: Sesuai; Kelas S2 : Sesuai Bersyarat dan Kelas N: Tidak Sesuai. 
Keempat, memadankan (mem- bandingkan) nilai lahan dengan nilai masing-masing kelas lahan. Kelima, penyajian grafis (spasial) hasil analisis berupa peta kesesuian lahan.

Kesesuaia Laha Pariwisata Bahari
Alokasi spasial untuk kesesuaian lahan pariwisata dilakukan melalui analisa beberapa faktor yang me- mengaruhi kesesimian lahan, faktor- faktor yang dapat dianalisa adalah 1) Keterlindungan perairan, faktor ini memperhatikan keberadaan terumbu karang sebagai pelindung dan pemecah ombak di perairan wilayah pesisir, daerah teluk dan perairan yang terlindung pulau yang besar ombak dan arusnya relatif rendah dan tenang.
2) Wilayah konservasi atau Jalur hijau pantai, faktor ini memperhatikan keberadaan hutan mangrove dan sumberdaya alam pesisir lainnya yang perlu dilestarikan. 3) Masalah pencemaran, 4) Aksesbilitas faktor ini memperhatikan sarana/prasarana, jaringan jalan dan bentuk pantai. Berdasarkan faktor-faktor yang harus dianalisis tersebut variabel yang dijadikan dasar dalam merancang model spasial untuk pengembangan usaha pariwisata bahari (renang dan rekreasi pantai) di Kota Bengkulu.

PENGERTIAN DAYA DUKUNG,
Menurut Soerjani et al. (1987), pengertian daya dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi saat jumlah populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada. Menurut Khana dalam  KLH (2010) daya dukung lingkungan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil atau produk di suatu daerah dari sumber daya alam yang terbatas dengan mempertahankan jumlah dan kualitas sumberdayanya.
Sesuai dengan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa daya dukung lingkungan tidak hanya diukur dari kemampuan lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan manusia, tetapi juga dari kemampuan menerima beban pencemaran dan bangunan.
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Pengertian (Konsep) dan Ruang Lingkup Daya Dukung Lingkungan Menurut UU No. 23/ 1997, daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Menurut Soemarwoto (2001), daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Menurut Khanna (1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Sedangkan menurut Lenzen (2003), kebutuhan hidup manusia dari lingkungan dapat dinyatakan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia. Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini disebut jejak ekologi (ecological footprint). Lenzen juga menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan produktif ini kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan tersedia dan lahan yang dibutuhkan. Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.
Definisi Daya Dukung Lingkungan/Carrying Capacity yang lain adalah sebagai berikut:
a.  Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang yang dapat didukung oleh suatu lingkungan
b. Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut
c.  Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam periode jangka panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut
d. Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut
e.  Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu kelompok manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan diatas angka yang diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya. Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam sebuah lingkungan tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat tinggal, dan kondisi sosial dari masing-masing lingkungan tempat tinggal tersebut.

Dengan demikian, daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi dua komponen yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).

SUMBER
http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-daya-dukung-lingkungan.html


Fauzi, Y., Susilo. B., dan Mayasari. Z.M., 2008, Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota            Bengkulu 
Menggunakan SIG. Makalah seminar nasional Semirata Bidang MIPA tahun               2008, 
Unsyiah. Banda Aceh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar