Senin, 30 November 2015

Artikel Kelautan

I.                  DEFINISI PANTAI

1.1.            Definisi Pantai
Ada dua istilah kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut di mulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempandan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik pasang tertinggi kearah daratan.

1.2.            Pantai Di Indonesia
Indonesia sebagai Negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat sensitive dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industry, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata, dan sebagainya. Adanya berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan akan lahan, prasarana dan sebagainya, yang selanjutnya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru seperti hal-hal berikut ini :
1.      Erosi pantai, yang termasuk kawasan pemukiman dan prasarana kota yang berupa mundurnya garis pantai. Erosi pantai bisa terjadi secara alami oleh serangan gelombang atau karena adanya kegiatan manusia seperti penebangan hutan bakau, pengambilan karang pantai, pembangunan pelabuahan atau bangunan pantai lainnya, perluasan areal tambak kea rah laut tanpa memperhatikan wilayah sempadan pantai, dan sebagainya.
2.      Tanah timbul sebagai akibat endapan pantai dan menyebabkan majunya garis pantai. Majunya garis pantai, di satu pihak dapat dikatakan menguntungkan karena timbulnya lahan baru, sementara dipihak lain dapat menyebabkan masalah drainasi perkotaan di daerah pantai.
3.      Pembelokan atau pendangkalan muara sungai yang dapat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai sehingga mengakibatkan banjir di daerah hulu.
4.      Pencemaran lingkungan akibat limbah dari kawasan industry atau pemukiman/perkotaan yang dapat merusak ekologi.
5.      Penurunan tanah dan instrusi air asin pada akuifer akibat pemompaan air tanah yang berlebihan.
Dengan semakin intensifnya pemanfaatan daerah pantai untuk kegiatan manusia, masalah-masalah tersebut juga semakin meningkat.

1.3.            Bentuk Pantai
Bentuk prosil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat sedimen seperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus, serta batimetri pantai.
Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai tergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pantai lumpur mempunyai kemiringan sangat kecil sampai mencapai 1:5000. Kemiringan pantai pasir lebih besar yang berkisar antara 1:20 dan 1:50. Kemiringan pantai berkerikil bisa mencapai 1:4. Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai di mana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspense bermuara di daerah tersebut dan gelombang relative kecil. Pantai utara Jawa dan timur Sumatra sebagian besar merupakan pantai berlumpur. Sebagian besar pantai yang menghadap ke Samudera Indonesia, seperti pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, pantai barat Sumatera, adalah pantai berpasir. Kedua tipe pantai tersebut mempunyai sifat berbeda.


II.               PENGETAHUAN DASAR MENGENAI HUTAN MANGROVE

1.1.             Pendahuluan
Pada berbagai bentang alam di muka  bumi terdapat berbagai macam formasi hutan berdasarkan tempat tumbuhnya. Di Indonesia, terdapat tujuh macam formasi hutan, yaitu hutan hujan tropika, hutan musim, hutan kerangas, hutan gambut, hutan rawa, hutan pantai, dan hutan mangrove. Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Dalam bahasa Inggris, kata mangrove digunakan untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh didaerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa Portugis, kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. Food and Agricultural Organization (FAO 2003) mengartikan mangrove sebagai vegetasi yang tumbuh dilingkungan estuaria pantai yang dapat ditemui di garis pantai tropika dan subtropika yang bisa memiliki funsi-fungsi social ekonomi dan lingkungan.

1.2.             Biogeografi Mangrove
FAO/UNEP melakukan estimasi luasan hutan mangrove secara global untuk pertama kalinya dalam Tropical Forest Resources Assesment pada tahun 1980. Pada masa itu, luasan mangrove diperkirakan 15,6 juta hektar. Penyebaran umum hutan mangrove berkaitan erat dengan penyebaran hutan tropis, tetapi bisa juga menyebar lebih jauh kearah utara dan selatan ekuator, bahkan terdapat juga di luar daerah tropical walaupun dengan luasan yang tidak berarti (FAO 2003). Lokasi mangrove paling utara adalah bagian tenggara Pulau Kyushu, jepang, dimana hanya ditemukan satu spesies saja (Kandelia candel), sedangkan lokasi paling selatan adalah bagian utara Selandia Baru dimana hanya teridentifikasi satu spesies saja, yaitu Avecennia marina. Secara umum, penyebaran mangrove di dunia dibagi kedalam dua kelompok (Champman 1977 dan Tomlinson 1986) :
1.      The Old World Mangrove yang meliputi Afrika Timur, Laut Merah, India, Asia Tenggara, Jepang, Filipina, Australia, New Zealand, Kepulauan Pasifik, dan Samoa. Kelompok ini disebut Grup Timur.
2.      The new world mangrove yang meliputi Pantai Atlantik Dari Afrika Dan Amerika, Meksiko, dan Pantai Pasifik Amerika, dan kepulauan Galapagos. Kelompok ini disebut Grup Barat.

1.3.            Fungsi Hutan Mangrove
Fungsi hutan mangrove dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu fungsi biologis/ekologis, fungsi fisik, dan fungsi social-ekonomis. Sedangkan manfaat mangrove adalah sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari dua tingkatan, yaitu tingkat ekosistem mangrove secara keseluruhan (lahan tambak, lahan pertanian, kolam garam, ekowisata) dan tingkat komponen ekosistem sebagai primary biotic component (masing-masing flora dan faunanya)

1.4.             Flora Mangrove
Flora di mangrove terdiri dari pohon, epifit, liana, alga, bakteri, dan fungi. Komunitas flora di hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu flora inti mangrove (flora yang mempunyai peran ekologi utama dalam formasi mangrove) dan flora mangrove peripheral (flora mangrove yang secara ekologi berperan dalam formasi hutan mangrove, tetapi juga flora tersebut berperan penting dalam formasi hutan lainnya).

1.5.            Fauna Mangrove
Secara umum, fauna di hutan mangrove terdiri atas fauna terestris dan fauna laut (Macnae 1968). Seperti yang dinyatakan oleh Bengen (2001) bnayak komunitas fauna mangrove membentuk pencampuran antara dua kelompok, yaitu fauna daratan dan kelompok fauna di perairan. Kelompok fauna daratan tidak mempunyai adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka hidup di luar jangkauan air laut, pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mencari pakan berupa hewan laut pada saat air surut. Sedangkan kelompok fauna perairan/akuatik, terdiri atas dua tipe, yaitu : (a) fauna yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan, dan udang; dan (b) yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, karang dan berbagai jenis invertebrate lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anugerah Nontji, 1987, Laut Nusantara, Penerbit Djambatan Jakarta.

Champman VJ. 1975. Mangrove Biogeography. Auckland: Auckland University.

FAO. 2003.Mangrove: distribution and extent. http

Tidak ada komentar:

Posting Komentar